Peta Gerakan Islam : Latar belakang sosio kultural Islam Indonesia dan nilai nilai universal ajaran Islam
Oleh : Buya Albi ِAdha (Mudir Ponpes Daar El Hasanah, Islamic Boarding School, Jawilan, Serang – Banten)
Pada Pelatihan Kader Dasar (PKD) PMII Komisariat STAI Assalamiyah
2021
Kapan Islam Pertama Datang di Kepulauan Nusantara ?
dapat dikatakan kita benar-benar tidak mengetahui kapan Islam pertama datang di kepulauan Nusantra. Tidaklah jelas apakah batu batu nisan ini merupakan tanda munculnya tempat pemukiman Islam yang awal atau hanyalah menandakan tempat peristirahatan terakhir muslim-muslim asing. Bahkan mungkin batu-batu nisan ini hanyalah batu pemberat yang dibuang oleh kapal-kapal dagang yang lewat. Kita memang tahu bahwa salah satu kerajaan Islam penting yang muncul di kepulauan Nusantara ini adalah kesultanan Malaka. Raja Malaka yang pertama pindah agama menjadi muslim pada awal abad XV, sebagai akibat dari mimpinya
Pada awal abad ke XV suatu kesultanan yang berpusat di kota pelabuhan Malaka dengan cepat mengeluarkan pengaruhnya, bukan saja terhadap sebagian besar semenanjung Melayu melainkan juga terhadap bagian-bagian pesisir timur Sumatra, pulau Borneo, dan mungkin juga bagian-bagian dari Jawa. Dari tempat-tempat itu Islam tersebar sepanjang rute perdagangn ke kota-kota pesisir di timur laut Jawa dan Sumatra.
Pada abad ke-16 sampai abad ke-19, beberapa daerah wilayah Asia Tenggara jatuh di bawah domonasi dan kekuasaan Portugis dan Belanda. Sejak itu, supremsi perekonomian dan politik bangsa Eropa turut merangsang penyebaran Islam di wilayah maritim Asia Tenggara, seperti Aceh, Malaya, Minangkabau, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa, sehingga berkembanglah sebuah tatanan masyarakat Islam dengan karakteristik kultural masyarakat setempat.
Islam adalah agama yang bersifat universal dan berlaku di setiap zaman dan tempat. Dalam penyebarannya, Islam menghadapi sistem nilai yang beragam. Namun proses akomodasi kultural Islam memperlihatkan interaksi yang cukup intens antara agama yang bersifat universal dan nilai, norma, serta praktek sosial yang bersifat lokal.
Islam tidak hanya mempertimbangkan tradisi tersebut dalam proses penyebarannya, tetapi juga telah melakukan berbagai proses pembaruan dengan pembentukan tradisi baru. Islam bukan hanya merupakan kumpulan doktrin Ilahi dan kenabian yang transenden, tetapi juga terwujud dalam realitas sosial.
Penerimaan Agama Islam
Penerimaan agama Islam sangat berkaitan dengan corak Islam sufistik yang berkembang, sehingga Islam dengan lebih mudah memperoleh kesesuaian dengan kultur lokal.
Islam yang datang ke Indonesia adalah Islam yang telah bercampur dengan unsur-unsur sufistik dari Persia dan India. Ciri sufistik ini yang menyebabkan Islam disambut dengan baik dan dapat diintegrasikanke dalam pola sosial, budaya, dan politik yang sudah ada. Tokoh yang sudah dikenal dalam masyarakat, yakni para wali, adalah pula pewarta agama di Jawa. Mereka dengan kreatif memanfaatkan unsur lokal seperti gamelan dalam penyebaran agama Islam. Legenda dan mitos tentang Wali Songo di Jawa merupakan indikasi dari bagaimana proses islamisasi terjadi.
Secara umum, dapat difahami bahwa ajaran Islam diterima dengan baik di berbagai tempat, terutama karena proses islamisasi yang bersifat asimilatif. Pemanfaatan unsur-unsur budaya lokal telah memungkinkan agama Islam diterima oleh penduduk. Penggunaan unsur atau institusi tradisional, seperti wayang, merupakan bentuk dari strategi penyampaian nilai agama yang merupakan media yang sangat komunikatif dalam masyarakat Jawa. Babad dan serat berisi ajaran-ajaran Islam yang mempercepat proses enkulturasi. Keberadaan pesantren pun, sebagai lembaga pendidikan dan tempat penyebaran Islam, sesungguhnya merupakan prototipe dari mandhala, lembaga pendidikan pra-Islam.
Keragaman suku bangsa membentuk tradisi Islam di Indonesia.
Perbedaan suku bangsa ini tidak hanya mengandung perbedaan bahasa , adat istiadat, dan sistem sosio-kultural pada umumnya, tetapi juga perbedaan orientasi nilai yang menyangkut sistem keyakinan dan keberagamaan masyarakat.
Masuknya unsur baru dalam kehidupan satuan-satuan ini tentu saja mendapatkan reaksi yang berbeda-beda. Adanya hukum adat yang terbentuk dari tradisi soasial budaya masyarakat setempat merupakan bentuk yang paling jelas dari institusi lokal yang mengatur tatanan masyarakat.
Kepercayaan dan tradisi keagamaan lokal dalam masyarakat yang masih mengandung sisa-sisa tradisi megalit pada dasarnya bertumpu pada keyakinan tentang adanya aturan tetap yang mengatasi segala yang terjadi dalam alam dunia. Aturan suprakosmis ini bersifat stabil, selaras, dan kekal.
Tradisi kepercayaan dan sistem sosial-budaya adalah produk masyarakat lokal dalam menciptakan keteraturan dengan membagi berbagai hal, benda, binatang, manusia, roh, dan sifat-sifat, ke dalam empat arah mata angin. Pembagian ini dilakukan juga untuk meramalkan keteraturan (keselamatan) dan ketidakteraturan hidup. Karena itu, mereka melakukan berbagai cara dalam menjaga tatanan kosmis, seperti menceritakan kembali mitos-mitos, mempraktekkan isi mitos, melakukan upacara adat, menghadirkan tata cara alam dengan menari, mengatur tata cara menanam dan memanen, berkurban dan melakukan selamatan, serta menjalankan upacara peralihan hidup.
Proses islamisasi dan akomodasi kultural di Indonesia
Para penyebar Islam memanfaatkan pranata lokal sebagai infrastruktur bagi pertumbuhan tradisi Islam. Strategi para wali di Jawa dan guru sufi pengmbara dalam mengadopsi berbagai tradisi lokal, sperti wayang dan gamelan dapat dilihat sebagai salah satu contoh klasik dalam proses penyebaran Islam.
Proses islamisasi dan akomodasi kultural berhubungan dengan 3 kondisi penting.
- proses islamisasi dalam hubungannya dengan pembentukan kebudayaan Islam berhadapan dengan aneka warna kebudayaan lokal, tradisi dan adat lokal. Interaksi Islam dengan sistem nilai lokal ini pada gilirannya melahirkan berbagai bentuk respon dan reaksi.
- Islam merupakan ‘pendatang baru’ di dalam masyarakat di Kepulauan Indonesia. Sebelum Islam masuk, telah ada sistem keyakinan, kepercayaan, keagamaan, atau stidaknya tradisi spiritualitas yang dianut komunitas lokal serta agama Hindu-Budha. Kepercayaan lokal dan tradisi Hindu-Budha ini tidak lagi berdiri secara sendiri-sendiri, tetapi telah bercampur membentuk suatu sistem kepercayaan yang sinkretis.
- Islam bukan merupakan satu-satunya sumber pengetahuan atau sistem nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia karena selain kepercayaan lokal dan Hindu-Bhuda , belakangan muncul pula pengearuh budaya Eropa (Barat) yang mulai berkembang dalam waktu bersamaan dengan kedatangan dan penjajahan bangsa Erop di Asia Tenggara.
Perkembangan Islam yang semakin pesat juga terjadi sejalan dengan masuknya Kristen bersamaan denga kedatangan kekuatan kolonialisme Eropa seperti Portugis, Belanda, Spanyol, dan Inggris ke Nusantara sejak sekitar abad ke-15 dan ke-16. Atas dasar kekhawatiran terhadap meluasnya pengaruh Kristen, para pedagang dan penyebar agama Islam mulai melakukan islamisasi secara agresif sehingga Islam menjadi lebih cepat lagi berkembang pada abad ke-15 dan ke-16. Jauh sebelumnya, Islam belum berkembang secara signifikan, meskipun para guru sufi serta pedagang Persia dan Gujarat telah cukup lama datang dan berada di wilayah Nusantara. Masuknya Kristen bersama dengan bangsa Eropa telah mejadi pemicu intensifikasi gerakan islamisasi dengan munculnya kesadaran baru dalam diri ulama untuk melakukan syiar agama Islam.
Nilai Nilai Universal Ajaran Islam
Mengapa konsep ummah begitu cepat dan mudah diterima ? Mengapa begitu gampang menembus batas geografis dan merasuk di dalam lapis-lapis budaya masyarakat lokal? Jawabannya karena konsep ummah dibangun di atas asas universal. Konsep ummah Islam mempunyai kekuatan batin sehingga membuat sasaran-sasarannya tidak kuasa menolaknya. Bukan hanya gagasannya masuk akal tetapi juga sehati dengan masyarakat. Apabila stelsel ummah bersentuhan suatu negeri maka serta merta negeri itu respek dan merelakan diri tunduk di bawah spirit konsep ummah. Asas universal ummah inilah kemudian melahirkan kebudayaan Islam.
Kemudahan penetrasi kebudayaan dan peradaban Islam disebabkan karena asas peradaban Islam sangat universal dan seolah tidak menimbulkan ancaman bagi kekuatan-kekuatan lokal. Penerimaan konsep ummah tidak menimbulkan ancaman terhadap pusat-pusat kerajaan dan pemerintahan setempat. Kalaupun ada maka itu memang sejalan dengan nilai-nilai luhur local mereka. Para penguasa lokal tetap saja bisa melanjutkan kekuasaan dan pengaruhnya tanpa harus terusik dengan kehadiran orang baru.
Di antara asas universal ummah ialah :
- Al-ikha,
Yaitu menjunjung tinggi rasa persaudaraan kemanusiaan antara para pendatang dan penduduk local. Program al-ikha’ ini dicontohkan Nabi ketika hijarah ke Madinah. Laki-laki pendatang (muhajirin) dikawinkan dengan perempuan pribumi (anshar). Demikian pula sebaliknya, laki-laki anshar dikawinkan dengan perempuan muhajirin. Akibatnya pembauran genetik yang dampaknya sangat strategis secara psikologis sangat penting. Generasi penerus kedua kelompok tidak direpotkan lagi dengan isu pribumi dan pendatang, karena terjadi pembauran antara keduanya.
- Al-Musawa,
Yaitu perinsip persamaan. Islam memperkenalkan asas peradabannya dengan perinsip persamaan (al-musawa). Baik sebagai sesama makhluk biologis, sesama pewaris sejarah peradaban masa lalu, dan bentuk-bentuk persamaan lainnya. Islam selalu atau lebih sering mengedepankan prinsip persamaan (principle of identity) ketimbang perinsip perbedaan (principle of negation). Perinsip persamaan ini didasari oleh banyak ayat antara lain Q.S. Al-Hujurat/49:13).
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya :
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
- Al-Tasamuh,
Yaitu perinsip toleransi. Islam bukan hanya mewacanakan toleransi sebagaimana banyak disinggung di dalam Al-Qur’an, antara lain Q.S. al-Kafirun/109:1-6),
tetapi juga dipraktekkan dalam lintasan sejarah umat Islam di berbagai Negara, dari dulu sampai sekarang. Tidak kurang dari 15 kali kata Nashara (Kristen) dan 10 kali kata Yahudi disebutkan di dalam Al-Qur’an. Bahkan agama-agama minoritas non Abrahamic Religion seperti Al-Shabi’in. Ini semua menggambarkan adanya spirit toleransi di dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam.
- Al-Musyawarah,
Sudah menjadi bahasa Indonesia (musyawarah) yang tidak lain maknanya adalah demokrasi, yaitu memberi kesempatan secara terbuka kepada semua pihak mengedepankan pendapatnya secara merdeka, tanpa harus khawatir sedikit pun kepada siapapun, kerena perinsip demokrasi ini sesuai dengan anjuran Allah SWT di dalam Q.S. Ali ‘Imran/3:159).
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya:
Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.
Allah Swt juga memberi contoh dengan berdialog dengan para malaikat tentang rencana penciptaan manusia (Q.S. al-Baqarah/2:30 dst).
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Allah SWT Berdialog dengan Iblis (Q.S. al-Hijr/15:32),
قَالَ يٰٓاِبْلِيْسُ مَا لَكَ اَلَّا تَكُوْنَ مَعَ السّٰجِدِيْنَ
Artinya :
Dia (Allah) berfirman, “Wahai Iblis! Apa sebabnya kamu (tidak ikut) sujud bersama mereka?”
Allah SWT berdialog dan manusia (Q.S. al-A’raf/7:172).
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَا ۛاَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”
- Al-Mu’awanah, yaitu perinsip tolong menolong atau gotong royong. Perinsip ini didukung banyak ruang di dalam Al-Qur’an dan hadis. Salahsatunya Q.S. al-Maidah/5:2).
وتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Artinya :
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Kelima asas ini menjadi faktor mudahnya diterima tawaran peradaban Islam di dalam dunia internasional.
Keterkaitan materi tambahan peta gerakan islam : Klik Disini
Referensi :
- Baca selengkapnya di artikel “Bacaan Surah Al-Maidah Ayat 2: Arti & Makna Tentang Tolong-Menolong”, https://tirto.id/gbFT
- Baca artikel detiknews, “Surah Ali Imran Ayat 159, Konsep Musyawarah Ala Rasulullah” selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5652033/surah-ali-imran-ayat-159-konsep-musyawarah-ala-rasulullah.
- https://news.detik.com/berita/d-5180261/karakter-khusus-nilai-universal-islam-strategi-globalisasi-ummat
- https://ighoelmachete.wordpress.com/2019/04/12/latar-belakang-sosio-kultural-islam-indonesia/
- https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-30
- https://www.merdeka.com/quran/al-hijr/ayat-32
- https://www.merdeka.com/quran/al-araf/ayat-172