Visi misi

Diposting oleh:

Tingkat Kebisingan PT. Hetian Enterprises Indonesia diukur dengan Sound Level Meter Keuwsoft

Tingkat Kebisingan PT. Hetian Enterprises Indonesia diukur dengan Sound Level Meter Keuwsoft
 Oleh :
Imam Yaskur
Emai : yaskurimam2@gmail.com

Abstrak

Pencemaran suara dapat berasal dari kebisingan yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia, salah satunya adalah kebisingan dari operasional pabrik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah tingkat intensitas suara pabrik masih di bawah nilai ambang batas atau telah mengganggu pendengaran manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah mengukur tingkat intensitas suara PT.Hetian Enterprises Indonesia dengan menggunakan aplikasi sound level meter model Keuwsoft. Pengukuran tingkat intensitas suara dilakukan di 5 titik pengukuran yaitu ditepi pabrik, di tepi pabrik, pada jarak 5 m, 10 m, 20 m dan 30 m dari tepi operasional pabrik. Setiap pengukuran dilakukan selama 100 detik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat intensitas bunyi PT.Hetian Enterprises Indonesia pada beberapa titik pengukuran memiliki nilai yang berbeda yaitu dari tepi operasional pabrik ke arah yang jauh dari operasional pabrik yang  nilainya adalah 99,4 DbA, 92,0 DbA, 90,8 DbA, 85,9 DbA, dan 83,9 DbA. Kesimpulannya, semakin jauh dari sumber kebisingan, semakin rendah tingkat kebisingan. Intensitas suara ditepi pabrik dan di tepi yang berjarak 30 m memiliki nilai ambang batas yang berbeda.

 Kata Kunci : Tingkat Kebisingan, Sound level meter

ABSTRACT

Noise pollution can come from noise caused by human activities, one of which is noise from factory operations. Therefore, this study aims to determine whether the factory sound intensity level is still below the threshold value or has interfered with human hearing. The research method used is to measure the sound intensity level of PT. Hetian Enterprises Indonesia by using the Keuwsoft model sound level meter application. The sound intensity level was measured at 5 measurement points, namely at the edge of the factory, at the edge of the factory, at a distance of 5 m, 10 m, 20 m and 30 m from the operational edge of the factory. Each measurement was carried out for 100 seconds. The results showed that the sound intensity level of PT. Hetian Enterprises Indonesia at several measurement points had different values, namely from the edge of the factory operation to a direction far from the factory operation whose values ​​were 99.4 DbA, 92.0 DbA, 90.8 DbA, 85.9 DbA, and 83.9 DbA. In conclusion, the further away from the noise source, the lower the noise level. The sound intensity at the edge of the factory and at the edge of a distance of 30 m have different threshold values.

Keywords: Noise Level, Sound level meter

PENDAHULUAN

Salah satu contoh gelombang mekanik adalah gelombang bunyi. Dimana gelombang tersebut memerlukan medium dalam merambatnya. Arah rambatannya berbentuk gelombang longitudinal, yaitu gelombang yang arah rambatannya sejajar dengan arah getarannya. Telinga manusia sangat peka terhadap gelombang bunyi sampai dalam batas intensitas tertentu. Gelombang yang dapat diterima oleh telinga manusia bergantung pada frekuensi,amplitudo dan bentuk gelombangnya (Sulistyarini,2015).

Faktor yang menyebabkan bunyi dapat didengar oleh telinga manusia parameternya adalah frekuensi. Frekuensi merupakan banyaknya getaran setiap satu satuan waktu (Yanti et al, 2020). Semakin banyak jumlah getararan yang dihasilkan suatu benda dalam selang waktu tertentu maka akan menghasilkan bunyi yang semakin nyaring. Berdasarkan frekuensinya bunyi dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu bunyi yang frekuensinya teratur dan bunyi yang frekuensinya tidak teratur. Bunyi yang frekuensinya teratur disebut nada, sedangkan bunyi yang frekuensinya tidak teratur disebut desah (noise). Tinggi rendahnya suatu nada bergantung pada frekuensinya. Semakin besar frekuensinya,maka semakin tinggi pula nadanya dan semakin kecil frekuensinya maka semakin rendah nadanya. Telinga manusia hanya mampu mendengarkan bunyi yang memiliki frekuensi dari 20 Hz sampai 20000 Hz atau audiosonik. Bunyi yang memiliki frekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik sedangkan bunyi yang memiliki frekuensi di atas 20000 Hz disebut ultrasonik. Kuat dan lemahnya sebuah nada nada bergantung pada Amplitudonya. Semakin kuat bunyi yang dihasilkan bearti semakin besar amplitudonya dan semakin lemah nada yang dihasilkan berarti semakin kecil pula amplitudonya (Sulistyarini,2015).

Terdapat bunyi yang sifatnya mengganggu pendengaran manusia yang disebut dengan bising. Kebisingan bunyi atau suara yang ditimbulkan oleh getaran akan didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar. Bunyi atau suara tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya. Kebisingan merupakan bunyi dan suara-suara yang tidak dikehendaki karena sifatnya menganggu (Akbar, 2016).

Sumber kebisingan dapat diidentifikasi jenis dan bentuknya. Kebisingan meimiliki tingkat yang berbeda-beda berdasarkan sumberya (Sasongko et al, 2000). Penelitian sebelumnya sudah ada yang melakukan pengukuran tingkat kebisingan yang berasal dari peralatan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2005) dengan mengukur tingkat kebisingan dari gergaji kayu yang menghasilkan tingkat kebisingan antara 80-120dB. Penelitilainnya yaitu Kholi ketal (2012) melakukan pengukuran intensitas bunyi dari peralatan produksi di PT.Pertamina untuk area kerja Power Plant II dan diperoleh tingkat kebisingannya sebesar 98,599 dB. Peneliti yang mengukur tingkat kebisingan dikamar mesin sebuah kapal seperti yang dilakukan oleh Hendrawan (2020), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa di ruang kamar mesin terukur intensitas bunyi sebesar 102,7 dB. Ada juga Penelitian Rahman Sidik dkk (2021) melakukan pengukuran tigkat kebisingan aliran sungai Cinangneng-Bogor kebisingannya sebesar 96,34 dBA, nilai ini sudah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan oleh pemerintah yaitu 85 dB, nilai ini sudah melebihi nilai ambang batas sehingga untuk kesehatan dan kenyamanan telinga diperlukan alat pelindung telinga. Akan tetapi dari beberapa penelitian yang melakukan pengukuran intensitas bunyi, masih jarang penelitian yang melakukan pengukuran intensitas bunyi yang bersumber dari alam. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengukuran intensitas bunyi pabrik di Gabus Kopo-Serang dengan jarak yang berbeda-beda dari arah pabrik, dimana pabrik tersebut beroperasi sangat berdekatan dengan pemukiman yang jaraknya kurang dari 10 m dari rumah/pemukiman warga. Suara pabrik PT. Hetian Enterprises Indonesia cukup kuat dan menghasilkan bunyi yang berisik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat intensitas bunyi pabrik PT. Hetian Enterprises Indonesia Gabus Kopo-Serang apakah masih berada dibawah nilai ambang batas ataukah sudah mengganggu pendengaran manusia.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen, yaitu dengan melakukan pengukuran dan analisis secara langsung terhadap objek yang diukur. Penelitian dilakukan di PT. Hetian Enterprises Indonesia Kp. Gabus RT.20/05 Desa Gabus Kecamatan Kopo Kabupaten Serang (42178) dilakukan pada pagi hari yaitu pada pukul 09.00 sd 10.00 WIB dengan jeda setiap pengukuran 3 sampai 5 menit. Kondisi suara pabrik pada saat pengukuran yaitu pada saat karyawan bekerja cuaca sangat cerah.

Adapun Alat dan bahan yang digunakan adalah sumber bunyi dari suara pabrik saat beroperasi, meteran dan aplikasi sound level meter model keuwsoft. Pengukuran tingkat intensitas bunyi dilakukan diarea dipinggir/tepi pabrik, pada jarak 5 m, 10 m, 20 m, dan 30 m dari tepi operasional pabrik. Masing-masing pengukuran dilakukan selama 100 sekon.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran intensitas bunyi di PT. Hetian Enterprises Indonesia Gabus Kopo-Serang telah berhasil dilakukan berdasaran konsep dasar ilmu Fisika, bahwa nilai intensitas bunyi merupakan besarnya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak (Wilkie et al, 2020). Semakin jauh dari sumber kebisingan, maka semakin rendah tingkat kebisingannya seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut terlihat bahwa ketika berada di tepi pabrik dengan kondisi aliran sungai pada kondisi karyawan sedang bekerja seperti ditunjukkan pada Gambar 1, diperoleh nilai rata-rata intensitas bunyi sebesar 96,34 DbA. Nilai tersebut sudah melebihi nilai ambang batas aman. Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah standar sebagai pedoman pengendalian agar pendengar masih mampu menghadapinya tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam dalam sehari dan 5 hari kerja dalam seminggu atau 40 jam dalam seminggu. NAB kebisingan adalah 85 dBA. NAB kebisingan tersebut merupakan ketentuan dalam PERMENAKERTRANS No. 13/MEN/X/2011 (Nasution,2019).

Gambar 1. PT. HETIAN tampak depan

Gambar 2. PT. HETIAN tampak samping berdampingan dengan rumah warga

Demikian halnya dengan hasil pengukuran pada tepi pabrik, menghasilkan nilai rata- rata intensitas bunyi yang berada di atas nilai ambang batas yaitu sebesar 90,4 DbA. Nilai ini masih termasuk dalam kategori hiruk pikuk. Hal ini menunjukkan bahwa kita tidak dianjurkan untuk berada ditepi pabrik ataupun tepat pada berdampingan dengan pabrik  dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain berbahaya terbawa arus, juga bunyi yang dihasilkan oleh bunyi mesin pabrik tersebut dapat mengganggu pendengaran kita.

Berdasarkan nilai yang tercantum pada Tabel 1, pada tepi pabrik, jarak 5 m, 10 m, 20 dan 30 m dari tepi pabrik, tingkat kebisingannya masuk ke dalam kategori kuat yaitu kelompok bunyi yang berada dalam rentang intensitas 60-80 dBA. Kategori ini dianggap masih aman terhadap indera pendengaran karena rata-rata intensitas bunyi yang dihasilkan masih berada dibawah nilai ambang batas yang besarnya 85 dBA. Kustaman (2017) mengatakan kebisingan dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain yang pertama kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar(steadystate,widebandnoise), misalnya bising mesin, kipas angin, dan dapur pijar. Kedua kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis (stedystate,narrowbandnoise), misalnya bising gergaji sirkuler dan katup gas. Ketiga kebisingan terputus-putus (intermittent), kebisingan yang berlangsung tidak terus-menerus, misalnya bising lalu-lintas, suara kapal terbang di lapangan udara. Keempat kebisingan impulsif (impactorimpulsivenoise), kebisingan dengan intensitas yang agak cepat berubah, misalnya bising pukulan pukul, tembakan peluru atau meriam dan ledakan. Kelima kebisingan impulsif berulang, sama seperti bising impulsif tetap terjadi berulang-ulang, misalnya bising mesin tempa di perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan. Oleh karena itu berdasarkan kategori tersebut, kebisingan yang dihasilkan oleh pabrik bisa masuk ke dalam kelompok yang pertama atau kedua, karena sumber bising yang dihasilkan oleh pabrik sifatnya konstan.

Tabel 1. Nilai rata-rata tingkat kebisingan

Posisi Pengukuran Waktu Pengukuran (s) Tingkat kebisingan (DbA) Kategori
Di  tepi pabrik 100 99,4 Sangat hiruk piruk
5 m dari tepi pabrik 100 92,0 Sangat hiruk piruk
10 m dari tepi pabrik 100 90,8 Sangat hiruk pikuk
20 m dari tepi pabrik 100 85,9 Kuat
30 m dari tepi pabrik 100 83,9 Kuat

Berdasarkan Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata tingkat kebisingan di suara pabrik terbagi dalam 2 kelompok yaitu kategori sangat hiruk pikuk dan kategori kuat. Kelompok pertama yaitu kategori sangat hiruk pikik yaitu skala intensitas kebisingan yang berada dalam rentang 80-100 dBA, kategori ini sudah melebihi nilai ambang batas yang dianjurkan oleh pemerintah, meskipun sifatnya tidak menulikkan akan tetapi jika dalam sehari lebih dari 8 jam berada dilingkungan ini maka sebaiknya menggunakan alat pelindung telinga. Kelompok yang keduanya yaitu kategori kuat yang mempunyai skala intensitas kebisingan berada dalam rentang 60-80 dBA, kategori ini tidak mengganggu dan juga tidak menulikan (Suma’mur,2009).

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, diperoleh bahwa tingkat intensitas bunyi suara pabrik PT. Hetian Enterprises Indonesia Gabus Kopo-Serang pada beberapa titik pengukuran mempunyai nilai yang berbeda-beda. Hasil pengukuran di tengah-tengah sungai dan di tepi sungai menghasilkan rata-rata intensitas bunyi yang berada di atas nilai ambang batas dengan kategori sangat hiruk pikuk. Sementara pada jarak 20m dan 30m dari tepi sungai menghasilkan rata-rata intensitas bunyi yang masih berada di bawah nilai ambang batas dengan kategori kuat. Semakin jauh dari sumber kebisingan, maka tingkat kebisingannya semakin rendah. Intensitas bunyi ditengah dan ditepi sungai berada diatas nilai ambang batas. Oleh karena itu untuk menjaga Kesehatan indera pendengaran, disarankan minimal berada pada jarak diatas 30 m dari tepi pabrik.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar,P.P.(2016).Pengaruhpaparankebisinganlingkungankerjaterhadapstreskerjapada pekerja game center Kota Malang (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Hendrawan, A. (2020). Analisa tingkat kebisingan kamar mesin pada kapal. Wijayakusuma Prosiding Seminar Nasional. 10-15.

Kholik,H.M.,&Krishna,D.A.(2012).Analisistingkatkebisinganperalatanproduksiterhadap kinerja karyawan. Jurnal Teknik Industri, 13(2):194–200.

Kustaman, R. (2017). Bunyi dan manusia. ProTVF, 1: 117-124.

Nasution, M. (2019). Ambang batas kebisingan lingkungan kerja agar tetap sehat dan semangat dalam bekerja. Buletin Utama Teknik, 15: 87-90.

Sasongko, D.P., Hadiyarto, A., Sudarto P., Asmorohadi, H. N, & Subagyo, A. (2000).

Kebisingan Lingkungan. Badan penerbit UNDIP Semarang.

Sulistyarini, E. (2015). Pengembangan bahan ajar fisika SMA materi gelombang bunyi berbasis interactive PDF (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Semarang).

Suma’mur, PK. (2009). Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung Seto. Tambunan, S. T. B. (2005). Kebisingan Di Tempat Kerja (Occupational Noise), Yogyakarta:

Penerbit Andi.

Wilkie, S., & Stockman, T. (2020). The effect of audio cues and sound source stimuli on the perception of approaching objects. Applied Acoustics, 167: 107388.

Yanti, Y, Mulyaningsih, N.N., & Saraswati, D. L. (2020). Pengaruh panjang tali, massa dan diameterbandulterhadapperiodedenganvariasisudut.STRING(SatuanTulisanRiset dan Inovasi Teknologi), 5(1):6-10.

Sidik, R., & Mulyaningsih, N. N. (2021). Pengukuran Tingkat Kebisingan Aliran Sungai Cinangneng-Bogor dengan Menggunakan Aplikasi Sound Level Meter. Schrodinger Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Fisika2(1), 8-12.

Bagikan:

Berikan Komentar

Chat Kami
1